Label

Jumat, 28 September 2012

I do, Dove

Aku cukup mengerti bagaimana rasanya menunggu.
Menunggu sesuatu yang tak pasti dari seorang yang pasti.
Namun, harus berapa lama aku menunggu?
Terkadang aku mulai menyerah, namun mimpi menghadirkan mu
Dalam mimpiku, kau menyuruh aku untuk menunggu.
Tapi setelah aku bangun, aku tak ada melihat tanda-tanda itu
Kau terlalu banyak memberiku tanda,
Tanda tak beralasan dan tak tahu ujungnya dimana.
Ingin rasanya aku menjadi dokter bedah,
Yang bisa membedah hatimu dan mengorek-ngorek isinya.
Atau menjadi psikiater,
Yang bisa melihat jalan pikiranmu.
Ah lupakan itu semua.
Disini aku hanya menjalankan tugasku,
Tugas menunggumu

Jumat, 07 September 2012

Dove's Dream

Bunga punya nektar..
Daun punya klorofil..
Matahari punya sinar..
Pelangi punya warna..
Lebah punya sengat..

Buku punya cerita..
Kamera punya lensa..
Lagu punya makna..

Aku? Aku hanya punya selangit mimpi.

Kamis, 06 September 2012

Grey Dove

Apa arti menunggu?
Ada yang mungkin mengartikan sebagai rutinitas?
Atau sebagai variasi hidup?
Menunggu itu.. Sesuatu yang membutuhkan energi.
Menunggu itu menguras banyak energi otak kita.
Menunggu itu menempati setengah dari isi hati kita, sepertiga dari pikiran kita.
Tidak bisa mengelak, menunggu itu melelahkan.
Menunggu sesuatu yang belum pasti?
Coba saja.

Rabu, 05 September 2012

ABC

Okay. Ini yang terakhir kalinya. Kataku dalam hati. Entah mengapa, aku selalu dibuat khawatir dengan suara tangisan anak perempuan itu. Aku melangkahkan kakiku menuju ruang rias mamaku. Ya, ini sudah yang kesekian kalinya aku mengecek kamar ini. Kamar ini sudah tidak pernah lagi di pakai mamaku sejak ia berhenti jadi model 3 tahun yang lalu. Sejak itu, suara tangisan itu semakin keras ku dengar. Aku perlahan membuka pintu kamar itu, perlahan ku menyalakan lampu, dan mulai melihat cermin oval besar itu. Seperti biasa, hanya ada bercak kaki dengan darah yang ada disana. Bercak itu seperti kaki yang berdiri di depan cermin. Setiap malam, jika aku mendengar suara tangisan itu dan menemukan darah itu, aku selalu memotonya, aku memoto jejak kaki itu. Sampai saat ini, sudah hampir 56 foto yang sudah kukumpulkan, ya tidak setiap hari ku periksa, namun, setiap bulan pasti setidaknya 2 kali atau lebih aku memeriksanya. Aku hapus jejak darah tersebut. Entah mengapa, aku sangat ingin mengambil gambar dari jejak tersebut. Setiap setahun sekali aku pasti mencetak foto foto tersebut, dan ku perhatikan. Ehm. Ya, memang, aku merasa bingung. Mengapa jejak itu semakin lama semakin besar juga ukurannya. Aneh, tapi aku tidak pernah menanyakan hal ini pada mama. Karena aku bertemu dengan mamaku saja jarang, mamaku sekarang tinggal di Chicago, menemani mertuanya yang sedang sakit. sudah hampir 5 tahun belakangan ini, ia selalu pulang pergi dari Chicago, Bali. Papaku pun bekerja di Jakarta, dan ia pun hanya setahun 2 kali pulang ke Bali. Ya, jika itu hari Natal, dan jika hari ulang tahunku. Itu saja. Aku selalu ditemani oleh pamanku, sebut saja Dion. Setiap hari dia datang untuk menemaniku, tapi jika sudah sore, dia pun pulang kembali ke apartemennya. Ya pamanku ini memang belum menikah, usianya baru 25 tahun. Masih muda rasanya untuk menikah.



          Hari ini entah mengapa, Dion mengajak pacarnya, Jessica, untuk menginap disini. Aku sangat suka dengan Jessica. Jessica sangat cantik, cerdas, dan ramah. Dia juga sering bercerita tentang misteri misteri dan cerita fantasi lainnya padaku. Jessica juga pintar memasak. Dia sering datang untuk membawakanku makanan. Dan hari ini, hari liburnya, jadi ia diajak menginap disini. Ini sudah ke lima kalinya ia menginap disini. Jessica tidur sekamar denganku, sedangkan Dion tidur di kamar tamu.
"Untuk malam yang sangat spesial ini, kamu mau makan apa sayang? " tanya Jessica padaku sambil membawa sutilnya. Aku yang tengah duduk di meja makan sambil mendengarkan walkman menjawab, "Ya apa saja yang penting berbau Chinese.". Ia pun lalu tersenyum dan mulai mengeluarkan mentega dan telur dari lemari es. Dion yang baru selesai mandi, ia pun segera mendekatiku dan duduk disampingku. "Hebat. Dengan telinga yang tertutup oleh Earphone dengan lagu yang menyala, masih bisa-bisanya menjawab pertanyaan. Entah apa telingamu yang terlalu sensitif, atau memang telingamu memang selalu sensitif jika sudah membicarakan tentang makanan." kata Dion sambil mengusap usap kepalanya dengan handuk karena habis keramas. Aku hanya tersenyum kecil melihatnya sambil menjulurkan setengah dari lidahku dan kembali lagi melihat layar Ipod ku. "Dasar." kata Dion sambil mengelus kepalaku dan lalu beranjak menuju dapur. "Jadi, mau masak apa?" tanya Dion sambil melihat ke arah kompor.


          " Ehm.. menurutmu? " tanya gadis yang berumur 24 tahun itu.

          "Tidak tahu, yang pasti itu sesuatu yang lezat." kata Dion sambil memberikan senyumnya pada Jessica.

          "Ya, terima kasih atas pujiannya, masakanku memang selalu lezat!" katanya, Dion pun hanya terkekeh mendengarnya.

          "Aku harap masakan itu tidak lama. Karena sudah dari 2 jam lalu aku mendengar teriakan kencang dari cacing cacing yang ada diperutku." kata Dion sambil megelus perutnya. Jessica pun hanya melirik lalu tersenyum. Dion pun pergi ke halaman belakang untuk menjemur handuknya.

        

          "Ya aaaakhirnyaaaaaaaaaaaaa... Makan malamku tibaaa!!" teriak Dion sambil mengambil sendok dan garpunya, setelah menunggu masakan yang kurang lebih 15 menit lamanya.

          "Ya, aku juga sudah lapar sekali. Dari sepulang sekolah tadi aku belum makan sama sekali. Karena aku tahu akan ada koki yang datang dan mengenyangkan perutku malam ini." kataku dengan raut wajah yang penuh kegirangan melihat makanan makanan itu mendekat padaku. Jessica pun membawakan satu per satu menu makanan hari ini. Ya, lengkap sudah. Ada ayam lada hitam, ikan gurame asam manis, dan sebagai penutup ia membuatkan jus pir dan apel. Hm.. Sungguh aku sangat bahagia jika melihat ada makanan makanan enak seperti ini di meja makan.



          Okay. Ini waktu yang tidak tepat bung. Tepat pada suapan yang ketiga, suara tangisan itu terdengar lagi. jelas ditelinga kami. "Ternyata masih.." kata Dion tiba-tiba. Aku pun terkejut, "Ha? Apa maksudmu?" tanyaku heran sambil menatap wajahnya. "Ya memang sudah waktunya kamu mengetahui ini semua.." kata Dion. Ia pun menghela napasnya.

          "Hm.. Dari mana aku harus memulainya? Hm… Begini, 10 tahun yang lalu, ada seorang gadis kecil bernama Emily. Emily sangat cantik, dan pintar. Emily juga sangat disayang oleh kedua orang tuanya, terutama neneknya. Karena Emily adalah cucu pertama yang sudah dinanti-nantikan selama berpuluh-puluh tahun oleh nenek. Apapun yang Emily mau, selalu dituruti. Sampai suatu ketika, Emily meminta dibelikan kotak musik, dengan boneka balerina kecil yang menari didalamnya jika dibuka, dan dengan diiringi lagu ABC. Emily sangat menyukai kotak musik itu. Setiap malam, selalu ia dengarkan sebelum ia tidur. Dengan senyuman, ia tertidur. Begitu terus setiap hari. Nenek pun sangat senang melihatnya. Sampai suatu ketika, karena terlalu sering digunakan, kotak musik itu pun rusak.  Emily pun sangat sedih. Ia jadi tidak semangat sekolah, tidak mau makan, dan pastinya, setiap malampun ia tidak pernah tersenyum lagi. Nenek pun sudah berusaha untuk membelikan kotak musik lain dengan bobeka balerina kecil yang menari didalamnya jika dibuka. Tapi Emily tidak mau. Ia suka dengan lagu ABC nya, dan di kotak musik lain hanya lagu Fur Elise yang didengar. Ia tidak menyukainya. Nenek pun sangat sedih dan bingung, akhirnya nenek pun mengajak Emily berdiri di depan cermin, sambil menyanyikan lagu ABC, dan berkata "Lihat lah dirimu, cobalah tersenyum, senyummu itu sebenarnya mengalahkan manisnya boneka balerina kecil itu jika menari. Dan nenek akan selalu menyanyikan lagu ABC untukmu agar nenek dapat melihat senyummu yang manis itu sayang. Bukankah dengan demikian, sama saja dengan kota musik itu? Senyumlah.." kata nenek. Dan mulaisaat itu, Emily bisa tersenyum kembali. Sejak saat itu, Emily memulai hari-harinya dengan bahagia, dan tanpa kesedihan lagi." jelas Dion. "lalu?" tanyaku penasaran.

           "Setelah beberapa bulan kemudian, Emily mengalami kecelakaan yang tak pernah terlupakan. Kejadian itu terjadi saat Emily sedang bermain dihalaman belakang sekolahnya, ia memainkan ayunan dengan teman-temannya. Ayunan yang ia ayunkan sangatlah kencang. Sampai-sampai tanpa sadar, tali pada salah satu bagian ayunan itu terputus, sehingga Emily terlempar 8 meter dari tempatnya, dan terbentur keras oleh pohon. Darah Emily pun bercucuran tak henti-hentinya mengalir deras. Emily tidak bisa tertolong. Ia pun meninggal ditempat. Mendengar hal ini, nenekpun sangat terkejut dan membuatnya terkena penyakit jantung akut. Sehingga ia harus berobat ke Chicago. Sudah 5 tahun belakangan ini penyakitnya tambah parah dan membutuhkan perhatian lebih. Maka dari itu mamamu berhenti bekerja menjadi model dan pergi menemani nenek." jelas Dion. Aku sungguh tak mengerti. "Maksudmu?"tanyaku.

          "Ya, Emily adalah kakakmu. Sejak kepergiannya, selalu ada suara tangisannya didepan cermin. Dengan jejak darah yang ada di depan cermin. Ia hanya merasa kesepian. Ia hanya merasa rindu sekarang." jelas Dion. Aku terkejut. Sangat terkejut. Ya, sekarang aku baru tahu.. Mengapa suara itu datang setiap malam.. Mengapa jejak itu berlumuran darah.. Mengapa mama harus ke Chicago.. Mengapa jejak itu makin lama, ukurannya makin besar.. itu semua karena ia makin tahun makin beranjak dewasa umurnya.. Aku mengetahui semua ini sekarang. Aku sangat merinding dan terkejut. Mengapa aku baru menyadarinya? Mengapa aku baru tahu? Mengapa? Aku hanya bisa menunduk termenung.

                            
                                                                                                                     By: Shiel
 

Assignment - Pura Besakih





Seperti yang sudah kalian lihat di atas, foto-foto ini diambil dari Pura Besakih, yang ada di Bali. Sebentar lagi saya akan menjelaskan sedikit mengenai Pura Besakih ini. Mulai dari sejarahnya, sosial budayanya, filosofinya, sampai kajian biologinya!
Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi. Pura Besakih masuk dalam daftar pengusulan Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995. Wah pas sekali dengan tahun lahir saya!

Sejarah Pura Besakih
Rsi Markandeya

       Sebelum ada apa-apa dimana hanya terdapat pohon kayu di dalam hutan belantara di tempat ini , sebelum adanya selat Bali ( Segara Rupek ) pulau ini bernama Pulau Panjang. Di Jawa Timur  , tepatnya di Gunung Rawung, ada seorang yang bernama Sang Yogi Markandeya. Beliau berasal dari India, yang oleh rakyatnya beliau diberi julukan Bhatara Giri Rawang, oleh karena ketinggian ilmu bathinnya, kesucian rohaninya serta kecakapan dan kebijaksanaan beliau.
       Mula-mula beliau bertapa di Gunung Demulung, lalu pindah ke gunung Hyang ( Dieng di Jawa Tengah ). Sesudah beberapa lama beliau bertapa disana ada sabda dari Hyang Widhi, beliau diberitahukan agar bersama pengikutnya merabas hutan di pulau Dawa dan setelah selesai tanah itu dibagi-bagikan kepada pengikutnya. Sang Yogi menerima sabda itu dan memberitahukan kepada semua pengikutnya. Tidak lama kemudian, pngikut-pengikutnya sekitar 8000 orang telah siap membawa perlengkapan dan peralatan, mereka menuju tempat yang dimaksudkan. Sang Yogi memerintahkan segera memulai merabas hutan belantara. Entah sudah berapa lama merabas hutan itu, karena tidak didahului dengan upakara ( yadnya ), maka murkalah Hyang Widhi, kemudian para pengikut Sang Yogi banyak yang sakit dan bahkan meninggal dunia serta ada yang dimangsa binatang buas. Oleh karena itu, Sang Yogi memerintahkan pengikutnya menghentikan perabasan hutan. Sang Yogi kembali ke tmpat pertapaannya dihinggapi rasa sedih dan prihatin.
       Setelah beberapa lamanya , pada suatu hari yang baik, kembali timbul cita-cita Sang Yogi untuk melanjutkan perabasan hutan. Beliau mengikutsertakan para Pandita untuk bersama-sama memohonkan wara nugraha kepada Hyang Widhi untuk keselamatan perabasan hutan. Saat itu pengikutnya  berjumlah 4000 orang dan sebagian besar dari Desa Aga, yaitu penduduk yang bermukim di sekitar Gunung Rawung. Pengikutnya membawa peralatan lengkap serta bibit pertanian yang akan ditanam di daerah perabasan.
Sesampainya ditempat tujuan, Sang Yogi beserta para Pandita segera melakukan yoga samadhi, brata semadhi dengan Weda penolak seluruh hama, dan tidak melupakan menyelenggarakan Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya serta Pratiwi Stawa. Setelah selesai melakukan upacara itu, beliau memerintahkan perabasan hutan dari selatan ke utara. Berhubung perabasan sudah luas dan tanpa halangan suatu apapun, kemudian perabasan dihentikan dan tanahnya dibagi-bagikan kepada pengikutnya dijadikan sebagai sawah, tegalan dan pekarangan rumah.
         Ditempat bekas memulai perabasan itu, Sang Yogi menanam kendi berisi air disertai 5 jenis logam yaitu emas, perak, tembaga, besi dan perunggu ( disebut Pancadatu ) serta permata yang disebut Mirahadi ( mirah utama ) dengan sarana upakara selengkapnya dengan diperciki Tirta Pengentas ( Suci ). Di tempat menanam kendi itu diberi nama Basuki. Basuki artinya selamat, dimana Sang Yogi dan pengikutnya berhasil dan slamat dalam perabasan hutan tanpa halangan sedikitpun. Dalam perkembangannya Basuki menjadi Besakih.

Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat pemujaan terhadap Tuhan YME, menurut kepercayaan Agama Hindu Dharma, yang terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai pusat Pemerintahan Alam Arwah, Alam Para Dewata, yang menjadi utusan Tuhan untuk wilayah pulau Bali dan sekitar. Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan untuk kesucian umat manusia, Pura Besakih yang bermakna filosofis.
Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi:
  1. Sistem pengetahuan,
  2. Peralatan hidup dan teknologi,
  3. Organisasi sosial kemasyarakatan,
  4. Mata pencaharian hidup,
  5. Sistem bahasa,
  6. Religi dan upacara, dan
  7. Kesenian.
Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional.


Pura Besakih sebagai objek penelitian berkaitan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang berada di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali.
Berdasar sebuah penelitian, bangunan fisik Pura Besakih telah mengalami perkembangan dari kebudayaan pra-hindu dengan bukti peninggalan menhir, punden berundak-undak, arca, yang berkembang menjadi bangunan berupa meru, pelinggih, gedong, maupun padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu.
Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi.
Pada tahapan fungsional manusia Bali menemukan jati dirinya sebagai manusia homo religius dan mempunyai budaya yang bersifat sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut aktivitas kegiatan selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu.
Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga memengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan ajaran Tattwa yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaran Tata-susila yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan ajaran Upacara merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari umat kepada TuhanNya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama Hindu Dharma di Bali.

Sekarang kalian sudah tahu kan tentang Pura Besakih secara lengkapnya??

Tidak cuma itu, disana juga banyak tumbuhan yang sering kita temui seperti Keben (Baringtonia asiatica), Palawija (Kepsia singa porensis), Majegau (Disoxyllum densiplorium), Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi), Ceremai (Phyllanthus acidus).. 
Hm.. Semoga informasi diatas bisa menjadi ilmu tambahan ya buat kita semua!